Call Us: 089-62270-8860 / 0878-2351-9090
Cart (Rp0.00) 0
Your Shopping

No products in the cart.

Faktor Kegagalan Calon Donor Hati

Donor hati adalah pengambilan organ hati untuk diberikan kepada orang lain melalui prosedur transplantasi hati. Organ hati yang didonorkan dapat berasal dari orang yang sudah meninggal (Cadaver) atau orang yang masih hidup (Living Donor). Untuk donor yang paling sering dilakukan di dunia yaitu dari orang yang masih hidup (Living Donor).

Kualitas calon donor hati sangat mempengaruhi keberhasilan transplantasi hati, semakin baik faktor-faktor pendukung calon donor semakin baik kualitas transplantasi hati bagi penerimanya (Resipien). Calon donor harus melewati beberapa tahap skrining baik itu skrining kesehatan fisik & pikiran, skrining hukum dan etik, skrining lingkup sosial dan lainnya. Dalam proses operasi, calon donor hidup ini adalah orang yang sangat dijamin keselamatannya dan harus dipastikan sehat kembali setelah mendonorkan hatinya.

Banyak calon donor yang gagal dalam melewati fase skrining. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan calon donor hati pada donor hidup (Living Donor) agar bisa menjadi pembelajaran #Sobat1Hati.

Donor mengalami Hepatitis

Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara untuk penderita hepatitis. Ini faktor yang paling sering ditemukan pada calon donor di Indonesia. Virus Hepatitis bisa merusak fungsi hati penderitanya sehingga tidak dapat melanjutkan ke tahap skrining selanjutnya.

Donor mengalami Fatty Liver

Fatty liver, steatosis, atau perlemakan hati adalah kondisi di mana terjadi penumpukan lemak di hati. Penumpukan tersebut dalam jumlah terbatas memang masih tergolong normal. Tetapi, pada 5 – 10% kasus di mana terjadi penumpukan lemak berlebih, dapat menimbulkan kondisi fatty liver. Faktor yang menyebabkan Fatty Liver seperti obesitas, konsumsi alkohol, kadar lemak dalam darah, penurunan berat badan secara cepat dan berlebihan dan lainnya.

Donor mengalami Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkkan oleh infeksi bakteri yang menyerang organ paru. Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 di dunia setelah India dan Cina untuk penderita Tuberkulosis. Walaupun calon donor sudah sembuh dari tuberkulosis tetapi tidak dapat melanjukan proses skrining selanjutnya dikarenakan pertimbangan kesehatan dan keselamatan calon donor di meja operasi.

Donor terindikasi Jual Beli Organ

Calon donor akan menjalani fase skrining advokasi hukum dan etik. Calon donor akan ditelusuri berdasarkan dokumen administrasi secara negara dan akan ditelusuri apa hubungan calon donor dengan penerima donor, apa motivasi mendonorkan organnya dan pertanyaan lainnya. Jika terindikasi calon donor melakukan jual beli organ maka proses skrining akan di hentikan. Biasanya calon donor dari orang lain yang bukan dari garis keturunan yang peling rentan terjadi jual beli organ. Dari perspektif agama, semua agama di Indonesia menegaskan dilarangnya jual beli organ, salah satunya melalui fatwa MUI No.-13-Tahun-2019-tentang-Transplantasi-dari-Pendonor-Hidup.

Donor tidak mendapatkan izin

Soal izin masih dalam lingkup advokasi hukum dan etik. Calon donor harus mendapatkan izin dari keluarga. Misalnya seorang anak menjadi resipiennya lalu ibu dari anak tersebut ingin mendonorkan organnya, maka ibu tersebut harus mendapat ijin dari suaminya dan kelurga dari kedua belah pihak. Semakin banyak yang mendukung dan mengijinkan proses Transplantasi Hati dilakukan maka semakin vaik. Biasanya beberapa keluarga tidak mengijinkan calon donor tersebut lebih dikarenakan kurangnya informasi seputar translantasi hati dan proses donor hati.

Donor tidak lulus dalam uji Psikiatri

Tidak hanya sehat secara fisik tapi juga sehat secara pikiran. Calon donor akan melalui uji psikiatri dimana akan melihat keseriusan calon donor, kesehatan pemikirannya (kewarasan), wawancara dan berberapa hal lain untuk menguji pemikiran calon donor.

Beberapa Faktor Lainnya dibawah ini yang mempengaruhi kegagalan calon donor :

  • Calon donor dalam keadaan hamil
  • Calon donor masih memiliki anak yang masih menyusui
  • Calon donor dipaksa/tidak dalam keadaan sukarela
  • Calon donor masih dalam keadaan menjalani pengobatan berat/memiliki penyakit yang berat

 

 

Persiapan menjadi pendonor hati

Pengobatan terbaik bagi penderita (resipien) gagal hati adalah Transplantasi Hati. Transplantasi Hati adalah pemindahan organ hati dari pendonor ke resipien guna penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan resipien. Pendonor menjadi bagian terpenting dari pengobatan resipien.

Umumnya Pendonor hati di Indonesia dapat dari Pendonor Hidup (Living Donor Liver Transplant) yang bisa dari ibu, ayah, saudara atau kerabat dekat.

Ada beberapa persiapan yang dilakukan bagi para calon pendonor antara lain :

Secara Sukarela

Calon donor hati harus secara sadar dan sukarela untuk mendonorkan hatinya, tidak ada paksaan dari siapapun ataupun tidak berdasarkan keinginan menjual organnya. Hal Ini juga tercantum pada pasal 3 Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2021 tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh.

Kecocokan Golongan Darah

Baik pendonor hati maupun resipien harus memiliki kartu golongan darah.  Golongan darah pendonor harus memiliki kecocokan (compatible) dengan golongan darah resipien. kecocokan golongan darah dapat dilihat pada tabel transfusi darah.

Memiliki kondisi kesehatan yang prima

Calon donor hati harus dalam kondisi sehat dan tidak memiliki gangguan kesehatan berat seperti jantung, paru, liver kronis, kanker, HIV, dll. Pendonor adalah orang yang akan diutamakan keselamatannya pada saat di meja operasi karena itu pendonor harus dari orang yang dengan kondisi sehat.

Menjalani Skrining Kesehatan

Calon donor hati dianggap bisa mendonorkan hatinya jika lolos dalam proses skrining kesehatan. Calon donor harus menjalani berbagai pemeriksaan seperti USG abdomen, Thorax, CT Scan, MRI, Biopsi Hati, EKG, Echocardiography, pulmonologi, cek darah lengkap, virus EBV & CMV dan lainnya. Selain pemeriksaan medis, calon donor juga menjalani tes Psikiatri serta Advokasi untuk menelusuri sisi hukum, etik, keterikatan calon donor dengan keluarga dan melihat ada atau tidaknya indikasi jual beli organ.

Memiliki kestabilan psikologi

Calon donor hati harus juga memiliki kestabilan psikologi dalam berfikir dan menentukan keputusannya untuk menyumbangkan hatinya.

Mendapat ijin

Calon donor harus mendapatkan ijin dari orang tua/suami/istri/keluarga. Kekurangan informasi seputar transplantasi hati menyebabkan keluarga tidak mengijinkan menjalani proses tersebut. Beberapa diantaranya berhenti menjalani pengobatan lanjutan dikarenakan ijin keluarga.

Berat badan proporsional semakin baik

Calon donor tidak dalam kondisi obesitas, semakin proporsional berat badannya semakin baik kondisi calon donor tersebut.

Usia

Syarat usia menjadi calon donor hati minimal 18 Tahun dan maksimal 55 tahun. Semakin muda usianya semakin baik.

HIDUP LEBIH SEHAT DENGAN MINYAK MASAK PILIHAN, BISAKAH?

Kalau ditanya bahan masakan apa yang pasti ada di dapur, jawabnya pasti minyak goreng. Meskipun ia bukan bahan utama, namun minyak goreng mempunyai peran penting dalam masakan. Fungsi minyak goreng dalam masakan antara lain:

  1. Medium penghantar panas, fungsi utamanya sebagai penghantar panas untuk mematangkan makanan tersebut. minyak merupakan penghantar panas
  2. Medium pembawa cita rasa, minyak berfungsi sebagai pelarut untuk beberapa senyawa yang mudah menguap (folatil) yang mana senyawa tersebut juga berperan memberi citarasa (flavour) dari suatu bahan. Contohnya berbagai senyawa sulfida pada citarasa bawang dan kapsaisin yang memberi rasa pedas dalam cabai. Sehingga jika bahan tersebut dicampurkan ke dalam minyak bersama bahan lainnya maka senyawa folatil tersebut akan tercampur baik dan menyebabkan sensasi sensoris yang lebih merata.
  3. Membentuk sensasi sensoris, minyak juga dapat memberi tekstur dalam makanan yang umumnya disebut oily – greasy.

Hampir sebagian besar jenis makanan dimasak dengan menggunakan minyak goreng, seperti tumis sayur, ayam goreng, telur dadar, dan masih banyak lagi. Cara mengolah makanan yang paling sering dilakukan adalah menggoreng dan menumis. Jadi, penggunaan minyak goreng sehari-hari memang tidak bisa dihindari. Nah sayangnya, banyak isu Kesehatan yang berhubungan dengan konsumsi atau penggunaan minyak goreng. Seperti pada orang dengan kecenderungan kolesterol tinggi, hipertensi, stroke, dan obesitas. Karenanya ada baiknya kita mengerti jenis minyak yang bisa digunakan dalam masakan dan kelebihan serta kekurangan dari masing-masing jenis minyak tersebut.

1. Minyak Kelapa

Minyak kelapa memiliki aroma yang nikmat dan tahan lama pada suhu ruang, sehingga banyak pula digunakan untuk memanggang kue atau jenis makanan lain. Minyak kelapa mengandung 90 persen lemak jenuh, yang berisiko meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) atau lebih dikenal sebagai kolesterol jahat. Akibatnya, risiko terkena penyakit jantung akan meningkat pula. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, ada juga minyak kelapa VCO. Manfaat positif minyak kelapa VCO (Virgin Coconut Oil) adalah kandungan antioksidan dan juga meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik lebih tinggi dibandingkan minyak lain. Antioksidan ini berpotensi sebagai penyehat jantung karena ikut berperan dalam mencegah pembentukan plak di dinding pembuluh darah. Dengan kata lain, antioksidan berperan mencegah rongga pembuluh menyempit. Meski demikian, kita perlu cermat saat memilih minyak kelapa, apa pun jenisnya karena minyak kelapa yang kini dipasarkan telah melewati berbagai proses produksi yang dapat merusak kandungan antioksidan dan zat-zat bermanfaat lainnya.

2. Minyak Sawit

Hampir semua orang di dunia menggunakan minyak jenis ini. Ada dua jenis minyak kelapa sawit, yakni warna keemasan untuk menggoreng dan kemerahan untuk dressing salad. Minyak kelapa sawit bisa membuat makanan jadi lebih krispi dan gurih. Sebab, minyak ini stabil di suhu tinggi. Sayangnya, kamu harus membatasi penggunaannya, karena mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Minyak sawit mengandung asam palmitat yang termasuk asam lemak jenuh, kandungan inilah yang berpotensi meningkatkan kadar LDL dan semua jenis kolesterol. Meski demikian, efeknya terhadap penyakit kardiovaskular masih diperdebatkan di dunia medis. Di sisi lain, minyak sawit juga diketahui mengandung asam oleat dan linoleat yang tergolong asam lemak tidak jenuh,  serta vitamin A dan E sebagai antioksidan. Vitamin E di dalam kelapa sawit terdiri dari tocotrienol, yang berfungsi mencegah kerja dari enzim pembentukan kolesterol.

3. Minyak Kanola

Minyak kanola rendah kandungan asam lemak jenuh hanya sekitar 7 persen. Minyak ini juga tinggi dalam kandungan asam lemak tidak jenuh, senyawa vitamin E tokoferol dan zat-zat lain, yang dipercaya sebagai pelindung jantung. Penelitian terhadap pola makan dengan minyak kanola menunjukkan penurunan kadar kolesterol, dibandingkan dengan konsumsi minyak yang lebih tinggi asam lemak jenuh lainnya. Namun sama halnya dengan zaitun, minyak canola juga tidak mampu bertahan di suhu tinggi. Minyak yang tak bisa bertahan di suhu tinggi tidak pas untuk memasak dengan cara menggoreng. Hanya untuk sebagai dressing atau menumis saja.

4. Minyak Zaitun

Minyak zaitun memiliki lima hingga sepuluh kali lebih banyak lemak sehat yang kita butuhkan, dibandingkan dengan minyak kelapa. Lemak sehat ini termasuk rantai ganda asam lemak tidak jenuh dan rantai tunggal asam lemak tidak jenuh. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kemampuan minyak zaitun menekan kadar LDL sebagai kolesterol buruk, memperbaiki hiperlipidemia (kadar kolesterol,total dan trigliserida tinggi), dan mencegah hipertensi, berdasarkan sebuah studi. Konsumsi minyak zaitun secara teratur juga dapat mencegah terjadinya stroke.

Tak hanya mencegah penyakit kardiovaskular, minyak zaitun juga dipercaya dapat membantu mengatasi kondisi lain seperti menekan risiko kanker payudara, radang pankreas akut, gangguan hati, dan peradangan usus. Minyak ini juga kemungkinan mendukung kesehatan mental dengan menekan depresi, sekaligus mencegah perkembangan penyakit Alzheimer atau kepikunan. Untuk mendapatkan banyak manfaat dari minyak zaitun, dianjurkan untuk mengonsumsi setidaknya dua sendok makan atau sekitar 23 gram setiap hari. Tambahkan minyak zaitun saat menumis sayur , campuran salad, atau memoles daging sebagai pengganti mentega. Sementara minyak zaitun hanya boleh ditaburkan pada makanan yang dimasak dan tidak digunakan untuk menggoreng karena menyebabkan peningkatan lemak trans.

5. Minyak biji bunga matahari

Di Indonesia mungkin belum begitu populer minyak dengan bahan biji bunga matahari. Padahal tergolong cukup sehat, mengandung asam lemak tak jenuh dan asam linoleat. Lemak jenuhnya hanya 11 persen. Kalau anda ingin makan gorengan yang lebih sehat, mungkin bisa beralih ke minyak biji bunga matahari. Minyak ini bisa bertahan di suhu tinggi.

6. Minyak wijen

Minyak wijen berfungsi sebagai antioksidan dan mampu menghambat pembentukan kolesterol. Kandungan lemak tak jenuhnya tinggi dan terdapat asam phytate. Minyak wijen biasanya digunakan untuk menumis atau dressing. Meski demikian, ada beberapa jenis minyak wijen yang tahan pada suhu tinggi, sehingga baik untuk menggoreng.


Dari penjelasan diatas tadi bisa disimpulkan bahwa ada minyak alternative pilihan yang bisa digunakan supaya kondisi kolesterol tetap terkontrol yaitu minyak dengan kandungan  asam lemak tak jenuh seperti minyak kanola, minyak zaitun dan minyak wijen. Sayangnya ketiga jenis minyak tersebut titik asapnya rendah sehingga tidak bisa digunakan pada suhu tinggi dan tidak tepat untuk menggoreng. Penggunaan terbaik hanya untuk dressing dan menumis. Pilihan terbaik menurut penulis jatuh pada minyak biji bunga matahari yang tidak hanya mengandung asam lemak tak jenuh tetapi juga tahan pada suhu tinggi.